METROPAGI.id | PASURUAN – Candi Gunung Gangsir bisa juga sebut candi kebon candi terletak di Dukuh Kebon Candi, atau tepatnya berada di Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, nama candi ini masih merupakan mitos penduduk sekitar, yaitu bahwa nama ‘Gunung’ diambil dari keberadaan bangunan candi ini di masa lampau yang dilingkupi oleh gunung, sedangkan kata ‘Gangsir’ (Jawa: nggangsir) berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah.
Keterangan penduduk setempat, nama ini muncul ketika pada suatu hari ada seseorang yang berusaha ‘menggangsir’ gunung ini untuk mencuri benda-benda berharga di dalam bangunan candi ini. Maka dikenal-lah bangunan candi ini dengan nama Candi Gunung Gangsir.
Konon candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yaitu sekitar abat ke-11 M. Walaupun diperkirakan berasal dari masa yang lebih awal sebelum masa pemerintahan Singasari, Candi Gunung Gangsir dibangun menggunakan bahan batu bata, bukan batu andesit.
Menurut masyarakat setempat, Candi Gunung Gangsir dibangun sebagai penghormatan kepada Nyi Sri Gati, yang dijuluki Mbok Randa Derma (janda murah hati), atas jasanya dalam membangun masyarakat pertanian di daerah itu.
Nyi Sri Gati merupakan tokoh dalam legenda masyarakat setempat. Pada zaman dahulu masyarakat di daerah itu belum mengenal kehidupan bercocok tanam, mereka senang mengembara dan makanan utamanya adalah sebangsa rerumputan.
Suatu hari, rerumputan yang menjadi makanan pokok mereka mulai menipis persediaannya. Pada saat itu datanglah seorang wanita, entah dari mana asalnya, bernama Nyi Sri Gati. Wanita itu mengajak para pengembara untuk berdoa, meminta petunjuk kepada Sang Hyang Widi tentang bagaimana caranya mengatasi kekurangan pangan yang mereka alami.
Tak lama kemudian datang serombongan burung sebangsa burung gelatik dengan membawa padi-padian, lalu menjatuhkannya di dekat para pengembara. Padi yang jatuh itu kemudian ditanam oleh Nyi Sri Gati. Beberapa bulan kemudian, tanaman Nyi Sri Gati sudah dapat dipanen. Nyi Sri Gati kemudian menumbuk hasil panennya untuk dijadikan beras, yang kemudian diolahnya menjadi nasi. Nyi Sri Gati kemudian mengajarkan cara bercocok tanam kepada para pengembara.
Sejak saat itu, masyarakat pengembara tersebut menetap dan hidup dari bercocok tanam. Mereka menjadikan padi sebagai makanan pokoknya. Sebagian dari padi yang dijatuhkan burung tadi berubah menjadi permata yang membuat Nyi Sri Gati menjadi kaya raya.
Bangunan kaki candi tersebut berbentuk segi empat dengan dengan ukuran sekitar 15 x 15 m2. Tinggi bangunan mencapai sekitar 15 m
Pada dinding di sisi kanan dan kiri atas pintu terdapat relung yang terlihat seperti tempat meletakkan arca.
Walaupun jika dilihat Candi Gunung Gangsir terlihat megah namun pada beberapa bagian telah hancur. Konon Candi ini mengalami kerusakan berat pada masa penjajahan Jepang.
Banyak hiasan yang ada pada dinding Candi yang diambil oleh Jepang guna membiayai perang. Setelah masa penjajahan Jepang berlalu masyarakat sekitar melakukan perbaikan sekedarnya tanpa didasari pengetahuan akan pemugaran. (Red)
sumber: Pasuruankab